KONFLIK DI YAMAN
Yaman atau Republik Yaman merupakan salah satu negara di Jazirah Arab di Asia Barat Daya. Pada awalnya, negara ini terdiri dari Yaman Utara dan Yaman Selatan yang kemudian disatukan pada 22 Mei 1990 dengan ibukota di Sanaa. Yaman berbatasan dengan Laut Arab di sebelah selatan Teluk Aden dan Laut Merah di sebelah barat, Oman di sebelah timur dan Arab Saudi di sebelah utara.
Di luar kekuasaan pemerintah, ada sejumlah kabilah atau suku di Yaman yang pada kenyataannya berpemerintahan sendiri dengan sejumlah besar warga sipil yang bebas memiliki senjata, bahkan diprediksi kabilah-kabilah tersebut memiliki senjata jauh lebih banyak dibandingkan pemerintahannya. Milisi kabilah setempat sering menekan tentara nasional dan menerapkan hukum mereka sendiri berdasarkan tradisi daripada konstitusi negara. Houthi, merupakan salah satu bagian kabilah yang telah meningkat pesat dan menjadi salah satu milisi bersenjata yang paling kuat di Yaman.
Houthi merupakan gerakan yang didirikan oleh Hussein al-Houthi pada tahun 1994. Pada tahun 2004 kelompok tersebut melakukan perlawanan total. Perlawanan itu disebabkan karena pemimpin Houthi terbunuh oleh tentara Yaman. Peristiwa terbunuhnya pemimpin Houthi tersebut membuat pengikutnya geram akan pemerintahan presiden Ali Abdullah Saleeh. Sehingga pada tahun 2011 Houthi menumbangkan pemerintahan Ali Abdullah Saleeh dan menggantikannya dengan Abd Rabbo Mansoer Hadi.
Di bawah pemerintahan Abd Rabbo Mansoer Hadi, Houthi kembali melakukan perlawanan terhadap pemerintah Yaman. Hal ini terjadi karena Abd Rabbo membatalkan pencabutan subsidi BBM sebulan sebelumnya. Dengan dipimpin oleh Abdul Malek al-Houthi, ribuan demonstran menuntut pemerintah Yaman dan mengancam akan menggulingkan jabatan presiden. Para pengikut Houthi merasa bahwa peran mereka dalam menjatuhkan pemerintahan Ali Abdullah Saleeh sangatlah besar sehingga berhasil menjadikan Abd Rabbo sebagai penggantinya. Peran inilah yang kemudian membuat Houthi menginginkan pembagian kekuasaan yang lebih besar melalui kelompok etnis, religius, dan aktivis. Ketegangan tersebut reda setelah bantuan PBB datang sebagai mediasi antara Houthi dan pemerintah Yaman.
Namun selanjutnya konflik kembali pecah pada bulan Januari 2015 yaitu pada saat presiden Abd Rabbo mengumumkan rancangan konstitusi baru untuk pembentukan enam kawasan federasi Yaman. Hal tersebut dianggap oleh kelompok Syiah Houthi sebagai upaya untuk melemahkan kelompoknya. Akan tetapi presiden tetap bersikukuh dengan rencananya, sehingga memicu pemberontakan kaum Syiah Houthi.
Penyerangan oleh kelompok Houthi kembali terjadi 20 Januari 2015. Mereka menyerang Istana Perdana Menteri Yaman setelah sehari sebelumnya menyerang istana kepresidenan. Serangan ini diakhiri dengan gencatan senjata oleh kedua belah pihak. Kemudian pada tanggal 23 Januari 2015, Abd Rabbo Mansour Hadi menyatakan mundur dari jabatan Presiden Yaman. Mundurnya Abd Rabbo membuat kekuasaan di Yaman lowong. Namun, pemerintahan bentukan Kelompok Houthi tidak mendapat dukungan dari warga Yaman. Pada tangal 22 Februari 2015, Presiden Abd Rabbo berhasil melarikan diri dari ibu kota Sanaa dengan bantuan Dewan Keamanan PBB. Namun pada akhinya Presiden Abd Rabbo menarik pengunduran dirinya pada 24 Februari 2015. Dia kemudian mengumumkan Aden sebagai ibu kota sementara Yaman. Lalu pada bulan yang sama, beberapa negara pun menutup kedutaan mereka di Yaman karena mengetahui situasi di Sanaa semakin buruk.
Pada 20 Maret 2015, dua bom bunuh diri mengguncang Yaman dan menewaskan 142 orang serta melukai ratusan lainnya. Kelompok militan ISIS mengaku bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Hal ini sekaligus mengumumkan keterlibatan mereka dalam konflik. Pada 23 Maret 2015, Presiden Abd Rabbo meminta bantuan dari Arab Saudi dan negara-negara Teluk untuk memulihkan kekuasaannya di sana. Dan pada 26 Maret 2015, Arab Saudi menyanggupi permintaan Presiden Abd Rabbo dan memulai serangan udara ke Yaman.
Saat ini konflik di Yaman terlihat terus terjadi. Ditambah lagi dengan kemungkinan bergabungnya Iran untuk membantu saudara Syiah mereka yakni Kelompok Houthi. Serangan udara dari pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi masih terus belanjut dan sampai saat ini korban masih terus berjatuhan. PBB telah mencoba membawa pihak-pihak yang bertikai untuk berunding, namun nampaknya masih belum ada nada positif mengenai hal ini. Arab Saudi mengatakan akan terus menggunakan kekuatannya untuk menghentikan kelompok pemberontak Syiah Houthi menguasai Yaman.